Cerita seks yang dimulai dari
Suasana meredam kepedihan saatnya di lakukan’dengan pergi wisata kulinar
“asyik juga. Cerita seks yang sekian lama tidak
berkunjung ke salah satu sohipku yang sudah lengket banget boleh
dibilang duluk kayak prangko,nempel mulu.hem…! gimana ya keadaannya
sekarang apakah sama seperti tahun sebelumnya atau dia sudah mengalami
perubahan yang signifikan,Ah tak tahu rasa penasaranku semakin
menguat,ingin cepat-cepat bertemu dia pokoknya ,langsung kemas2 ke
esokan paginya aku langusng berangkat dengan Namaku Doni, aku tinggal di
kota K. Tanggal 22 Mei 1999 yang lalu aku pergi ke Surabaya untuk
liburan, sambil refreshinglah.
Setelah berputar-putar sebentar, sorenya
aku menuju rumah temanku yang sudah sangat akrab di kawasan DK.
Keluarganya sudah sangat akrab dengan keluargaku, sudah seperti satu
keluarga sejak aku lahir. Di rumah ini ada Mas Zani yang umurnya 22
tahun, adiknya (cewek, masih SMU), sepupunya (cewek sudah sekitar 23
tahun), dan tentu saja kedua orang tua mereka. Hari itu biasa saja,
tidak ada something spesial yang terjadi.
Keesokan harinya, Mas Zani mengajakku
pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak
ceweknya. Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah
Mas Zani. Namanya Yeni tapi panggilannya Yeyen. Anaknya cakep juga,
masih kuliah, umurnya 21 tahun. Kulitnya putih kekuningan meskipun
keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi
pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan payudaranya lebih besar
dari rata-rata cewek Indonesia. So, dengan mobil Panther itu Mas Zani
dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian
tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza,
makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke
tempat kos Yeyen.
Lalu setelah mobil diparkir, kami
bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm..,
sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok,
soalnya ada beberapa ciban (banci) yang nongkrong di situ. Di dalam
kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD porno, sambil diberi coklat Silver
Queen, sementara Mas Zani dan Yeyen bermesraan berdua, berciuman dan
bercumbu. Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang
bernama Lenny, yang mondar-mandir keluar masuk kamar.
Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen,
lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya
payudara dan pantatnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen.
Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang perokok berat dan hari
itu dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya
sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba
Mas Zani nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”
Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang
baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar,
tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang
lagi ngobrol dengan Lenny sambil merokok. kemudian akupun kembali ke
kamar Yeyen.
Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”.
Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”.
Terus terang saja Mas Zani kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok).
Kesel juga aku dibilang masih kecil. Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan
ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku
untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh
macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci,
aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira.
Mas Zani lalu tidur telentang di
ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan menciumi wajah Mas
Zani, sedangkan Mas Zani cuma diam saja, matanya merem, tangannya
mengusap-usap punggung Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin
memeriksa apakah aku mulai terangsang, dan memang benar aku terangsang.
Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional”
dan ciuman-ciumannya yang ganas seperti di film BF, sepertinya Yeyen ini
bukan pertama kalinya making love. Yeyen mulai menciumi Mas Zani
langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat lidah dan
terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3
meter.
“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berciuman
sambil mendesah-desah, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan
hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas melumat
bibir dan lidah Mas Zani, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menciumi
dagunya, lalu lehernya. Mas Zani ketika itu mengenakan T-Shirt yang di
bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Zani terlalu besar
badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu
menciumi dadanya yang montok dan putih. Mas Zani ini memang WNI
Keturunan Cina.
“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rintihan Mas Zani. Yeyen menciuminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga dadaku diciumin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.
“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Zani
terus mendesah sementara Yeyen mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya,
sesekali Mas Zani berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat
terangsang, aku mulai meraba-raba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku,
“Ngapain juga gitu ahh..
Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting
Mas Zani, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik
dengan cepat sekali sehingga Mas Zani kaget, matanya terbuka sebentar,
lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya
mengelus-elus rambut Yeyen. Yeyen langsung memegang-megang kemaluan Mas
Zani dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh.., hh..,
Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Zani cuma bisa mendesah. Lalu setelah puas
menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap celana dalam Mas Zani dan
tersembullah kemaluan Mas Zani yang sudah tegang keluar dari sarangnya.
“Nylupp!”, Kemaluan Mas Zani langsung
dikulum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu
cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main seksnya.
Sementara Mas Zani sibuk meremas-remas rambut Yeyen saking enaknya, aku
yang tidak kuasa menahan nafsu sibuk meremas-remas kemaluanku sendiri
sambil tetap bersadar di pintu. Ahh.., aku benar-benar merasa serba
salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar..,
Yang membuataku nyaris tertawa karena kemaluan Mas Zani yang sepertinya
keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan celana dalam Mas Zani terlalu
ke bawah, jadi seperti tercekik dech.
“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit
Yeyen mengulum kemaluan Mas Zani, ternyata selama itu juga dia belum
keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu yach?”
Mas Zani cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana
panjang dan celana dalamnya, sedangkan Yeyen sekarang yang ganti
tiduran, lalu memejamkan mata. Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan
tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join
dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu.
Mas Zani mulai melakukan persis apa yang
dia lakukan ke Yeyen sebelumnya. Nyaris persis sama, aku sampai heran
apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Zani mulai mencium bibir Yeyen,
cuma Mas Zani menciumnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan
Yeyen yang style seksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”,
Sayang Mas Zani sepertinya tidak profesional, cara menciumnya walau
pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah. Yeyen mencoba melepaskan t-shirt
Mas Zani, lalu Mas Zani langsung melepasnya dan meletakkan di
sebelahnya. Mas Zanipun mulai menciumi leher Yeyen. Sementara tangannya
meraba-raba payudara Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka
berdua terus mendesah keenakan. Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan
sekaligus menggairahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku
sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-shirt yang kupakai dan
menggerayangi tubuhku sendiri.
Mas Zani mulai tidak sabar dan langsung
mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.
Tersembullah payudara Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali
seperti payudara Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas
Zani mencopot kancing BH-nya yang berwarna krem. Wah.., payudara Yeyen
benar-benar besar dan menggairahkan dengan puting susunya yang tebal dan
berwarna coklat tua. “Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling
melenguh setiap kali Mas Zani memainkan lidahnya di atas payudara dan
puting susu Yeyen.
“Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas melumat
puting susu Yeyen bergantian, Mas Zani akhirnya menjilati perut Yeyen
dan ingin melepaskan roknya. Yeyen mengangkat pantatnya, lalu Mas Zani
membuka risleting roknya dan pelan-pelan melepaskan rok yang dipakai
Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Zani berhenti dan langsung menciumi
kemaluan Yeyen yang masih tertutup celana dalam itu dengan cepat dan
ganas.
“Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengerang dan mendesah keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangsang menjadi semakin terangsang mendengar desahan Yeyen yang sangat menggairahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kemaluanku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.
“Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengerang dan mendesah keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangsang menjadi semakin terangsang mendengar desahan Yeyen yang sangat menggairahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kemaluanku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.
Akhirnya Mas Zani melepaskan celana
dalam Yeyen dan langsung menciumi kemaluannya dengan ganas sekali.
Rambut di kemaluan Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Zani
menjilatinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”,
sepertinya Mas Zani suka sekali menyedot kemaluan Yeyen. “Ahh.., Zan..,
Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, desahan Yeyen semakin keras saja karena
merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar.
Tidak berapa lama kemudian, Mas Zani
berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen
cuma tersenyum dan mengangguk.
“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Zani memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Zani sudah mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vagina Yeyen.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka berdua saling mendesah sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Zani memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan. Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan celana dalamku dan kugesek-gesek kemaluanku sendiri cepat-cepat.
“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Zani memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Zani sudah mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vagina Yeyen.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka berdua saling mendesah sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Zani memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan. Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan celana dalamku dan kugesek-gesek kemaluanku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku
mendesah-desah kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri.
Lalu.., “aahh..”, Aku orgasme, spermaku semuanya terjatuh di lantai
kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa
lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera
menyiram ceceran sperma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku
dan mandi.
Setelah segar, aku hampir tidak percaya
waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bersetubuh. Aku
langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku
sama sekali, benar-benar gila..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang
tamu sambil ngobrol dengan Lenny dan teman-temannya yang kebetulan ciban
semua. Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit
melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan
asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Zani dan Yeyen selesai melakukan
aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, gila.., lama sekali.
Sekitar satu jam kemudian, muncullah
mereka berdua dari pintu kamar Yeyen.
“Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Zani dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Zani bertanya.
“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Zani dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya.
“Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Zani dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Zani bertanya.
“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Zani dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya.
Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30,
kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Zani hendak menyalakan mobil, ada
suara teriakan.
Ternyata sepupu Mas Zani, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Zani. Terus akhirnya Mas Zani telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen. Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta.
Aku tanya pada Lenny, “Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng. Wah, nekat juga ini anak, pikirku.
Ternyata sepupu Mas Zani, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Zani. Terus akhirnya Mas Zani telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen. Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta.
Aku tanya pada Lenny, “Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng. Wah, nekat juga ini anak, pikirku.
Taksi kami langsung meluncur ke Graha
Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai,
termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma
berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Zani berkelana ke sana
ke mari dengan bebasnya.
Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas
Zani soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan
pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung
pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hubungan badan. Mas Zani baru
pertama kali itu bersenggama, sedangkan Yeyen sepertinya sudah
berkali-kali, soalnya kata Mas Zani, Yeyen sudah tidak perawan lagi.
Mas Zani juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih perawan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih perawan”.
Mas Zani juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih perawan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih perawan”.
Aku sempat ngobrol juga sama Lenny, yang
sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami
selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu
memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya
menyediakan taksi Zebra. Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali
datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Zani asyik ngobrol dengan
Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol.
Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2.
Selain suka rokok, katanya dia juga suka minuman keras. Hmm, aku jadi
mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free seks. Tapi aku tidak
berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny
agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku
secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.
Mungkin sekitar setengah jam kemudian
baru taksinya datang. Lama banget sich..
Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Zani pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan seks.
Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Zani pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan seks.
Sekitar jam 20.30, Mas Zani mengajakku
pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak
makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda
motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.
Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah
itu Mas Zani bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu
ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen”
juga sama Lenny, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.
Sesampainya di sana, ternyata banyak
orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma
dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali,
pikirku. Begitu sampai, Mas Zani langsung berciuman dengan Yeyen lalu
mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi
mereka, gila bener..
Terpaksa, karena aku sudah telanjur di
sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka
mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku.
“Ih kamu ganteng dech, kita main seks yuk..”.
Agak senang juga aku dipuji tapi main seks dengan mereka, mimpi saja tidak.
Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny, “Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”
“Ih kamu ganteng dech, kita main seks yuk..”.
Agak senang juga aku dipuji tapi main seks dengan mereka, mimpi saja tidak.
Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny, “Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”
Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau
menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih
tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya,
aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya
padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”. Lalu akhirnya kami ngobrol dan
bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga,
dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak
seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku
kalau sebetulnya dia suka padaku.
Di tengah-tengah obrolan, aku tanya,
“Lenny, kamu kan suka ngerokok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.
Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya, “Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.
“Iya bener lhoh..”
Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.
Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya, “Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.
“Iya bener lhoh..”
Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku.
Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan
tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kuremas
pelan-pelan. Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak
tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke
arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai
mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat
dan tidak beraturan. Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kucium lembut
keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar.
Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kucium bibirnya yang
lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku
memeluknya, lalu kami saling mengulum bibir, lalu memainkan lidah.., Hmm
nikmat sekali.
Beberapa saat kemudian, aku hentikan
permainan bibir itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya
serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menciumi bibirnya lagi sambil
pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku
semakin bernafsu. Lalu aku cium dia pelan-pelan sedangkan tanganku
meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang cukup besar, “Emhh..,
Emh..” dia cuma melenguh saja membuat gairahku menjadi semakin naik
saja.
Segera kusingkapkan T-Shirt yang
dipakainya ke atas, lalu kuciumi dan kujilati dadanya yang aduhai itu,
“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat nafsuku
semakin naik. Waktu mau kubuka kancing BH-nya, dia mengangkat badannya
sehingga memudahkanku, lalu kujilati putingnya dan kuhisap-hisap selama
beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung
kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujilati kemaluannya dari
luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut
kemaluannya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan
lubang kemaluannya masih sangat rapat. Ahh.., baru percaya aku kalau dia
masih perawan. Kujilati clitoris vaginanya yang sangat menggairahkan
itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya
menggelinjang. Kuhisap-hisap dan kujilati bagian dalam lubangnya. Hmm..,
nikmat sekali, cairan yang keluar langsung saja kutelan.
Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai
5 menit aku menjilati vaginanya, segera kupelorotkan celana panjang dan
celana dalamku lalu pelan-pelan kumasukkan penisku ke dalam lubang
senggama Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cairannya sudah
cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang
menghalangi laju penisku, sepertinya selaput daranya namun kuteruskan
saja pelan-pelan.
“Aduh!”, pekiknya.
“Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan.
“Lenny, masih sakit..?”.
“Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali vaginanya, menjepit penisku yang merasa keenakan.
“Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangsang sekali.”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau orgasme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum orgasme, lalu kutarik penisku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku orgasme juga, spermaku bertebaran di perutnya.
“Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan.
“Lenny, masih sakit..?”.
“Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali vaginanya, menjepit penisku yang merasa keenakan.
“Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangsang sekali.”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau orgasme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum orgasme, lalu kutarik penisku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku orgasme juga, spermaku bertebaran di perutnya.
Setelah kami membersihkan spermaku, kami
mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas
ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun
begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya
sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar,
jahat juga yah aku.
Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Zani dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.
Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Zani dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.
Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi
bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada
gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak
dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei
kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke
Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu.
0 komentar:
Posting Komentar